Ramai-ramai Konsumsi Makanan Organik!

Tingginya bahaya polusi dan hal-hal yang berbau kimiawi, mengundang sebagian orang untuk mulai menyadari pola hidup sehat. Salah satunya, dengan mengonsumsi makanan organik, yakni bahan makanan yang bebas kimia. Beberapa artis pun mengikuti tren positif makanan organik.

Saat mengandung tiga tahun lalu, Melly gemar mengonsumsi sayuran organik. Kebetulan, di depan rumahnya di kawasan Ciburial, Puncak, terbentang kebun sayur dan buah organik milik tetangga. Sayangnya, Melly keguguran. Ia kembali ke Jakarta namun tidak meninggalkan hobinya mengonsumsi sayur dan buah organik.

Apalagi, ia sudah merasakan khasiatnya. “Dulu aku sering kena batuk-pilek. Tapi, percaya enggak percaya, selama mengonsumsi segala macam bahan makanan yang organik, aku merasa lebih sehat. Rasanya juga lebih fresh, enak di perut, dan kulit jadi bagus,” ungkap Melly.

Tak cuma mengonsumsi, Melly akhirnya mulai berbisnis sayuran dan buah organik. Sistemnya masih delivery. “Kalau ada yang pesan, saya ambil dari perkebunan Permata Hati di Puncak.” Jadilah tiap dua kali seminggu Melly turun ke kebun, memilih sendiri sayur dan buah. “Setelah dua tahun dijalani, sekarang saya punya banyak konsumen.”

Meningkatnya permintaan, membuat Melly memutuskan membuat kios mungil ukuran 3 X 3 m persegi di bilangan Kemang Timur. Namanya, Organic Vegetables. Di dalam bangunan berdinding bata itu, terdapat bermacam-macam bahan organik. Mulai dari sayuran, kacang-kacangan, buah, dan umbi-umbian. Belakangan, Melly juga menjual beras dan beras merah organik yang diambil dari Yogya. “Sedangkan ayam dan telur organik, didrop dari Bandung. Juga ada dried food yang diimpor dari Jerman dan Australia, seperti garam, gula, susu, bihun, pasta, minyak goreng, dan lainnya.”

Sejak buka kios pertengahan tahun ini, Melly bukan saja bertindak sebagai penjual, tapi juga “juru kampanye”. Soalnya, “Banyak yang belum tahu makanan organik. Bahkan di awal-awal promosi, aku sampai bagi-bagi selebaran tentang makanan organik. Kayak juru kampanye,” ujarnya sambil tertawa.

Memang, kata Melly, sayur dan buah organik harganya lebih mahal. Apalagi kalau sudah masuk di supermarket, bisa berlipat-lipat harganya. “Kalau aku, sih, enggak mau jual mahal-mahal. Niatku, selain berbisnis, ingin berbagi kepedulian hidup sehat,” ujar Melly yang mengaku hanya mengambil sedikit keuntungan.

Mahalnya sayur dan buah orgaik, lanjut Melly, karena penghasil makanan organik masih jarang dan ragamnya masih sedikit. Produksinya pun tergantung musim. “Selain itu, untuk menghasilkan makanan organik, perlu lebih banyak tenaga kerja. Tanaman harus satu per satu diperiksa,” ujar Melly yang terobsesi memiliki kebun sendiri plus supermarket tempat ia memasarkan hasil kebunnya.

Kini, menjelang Lebaran, Melly dan suaminya, Prakaca, sedang sibuk menyiapkan parsel berisi makanan organik. Harganya berkisar antara Rp 350 ribu-Rp 750 ribu. “Pikir-pikir, kan, bagus, ya, kalau memberi hadiah makanan sehat. Makanya, sejak awal puasa kemarin, aku sudah mulai bikin,” kata Melly yang sudah dapat sekitar 20 pesanan parsel.

Anak Sampai Pembantu Makan Sayur Organik

Seperti halnya Lucy, Sophie juga tahu soal khasiat makanan organik dari kegemarannya membaca. “Tapi waktu mau cari makanan organik, susah banget. Lalu, waktu hamil, aku berniat mengonsumsi makanan sehat. Nah, mulai, deh, aku hunting makanan organik yang kandungan kimianya betul-betul nol. Waktu itu, hanya bisa didapat di sebuah supermarket yang segmennya orang bule di Jakarta,” ujar artis cantik ini.

Meski harganya tiga kali lipat dari bahan makanan yang biasa, “Demi anak yang ada dalam kandungan, saya tetap membeli.” Ketika Rangga Namora Putra Bharata (11 bulan) mulai diperkenalkan pada makanan padat, Sophie memberinya sayuran organik.

Waktu itu, cerita Sophie, “Saya sempat frustrasi juga karena kesulitan mencari ragam sayuran organik. Masak Rangga hanya dikasih bayam, wortel, dan tomat setiap hari? Aku sampai mencari ke setiap supermarket besar di Jakarta.”

Beruntung ia akhinya mendapat info bahwa Melly Manahutu berbisnis sayuran organik. “Ternyata harga di toko dia, lebih murah. Ragam sayurannya pun lebih banyak.” Alhasil, makanan padat organik untuk Rangga pun mulai beragam, seperti ayam, bihun, beras merah, kentang, pasta, kacang kapri, hingga kacang hijau. Buah-buahan juga tersedia. “Mau alpukat, stroberi, dan mangga, juga ada.”

Belakangan, Sophie yang sempat berhenti makan sayuran organik usai melahirkan, memutuskan kembali ke bahan-bahan organik. “Aku pikir, kenapa enggak sekalian buat sekeluarga? Efisien juga, kan, enggak harus belanja dan masak dua kali,” kata istri Pongki Jikustik ini. Sejak itu, ia membeli makanan organik dalam partai besar. “Tak hanya sayur dan buah, beras, ayam, gula, kacang-kacangan, dan pasta, juga yang organik.” Sampai ke pembantu dan pengasuh anaknya, “Semua sama, makan makanan organik.”

Ketika Rangga memasuki usia 10 bulan, Sophie mulai menggunakan garam organik. Pasalnya, garam organik tidak melalui proses bleaching dan lebih alami. “Memang, sih, harganya lebih mahal karena masih impor. Sebungkusnya Rp 18 ribu,” kata Sophie yang sekali belanja sayuran bisa menghabiskan sekitar Rp 70 ribu. “Tapi itu untuk 2-3 hari.”

Kini, Sophie mengaku mulai merasakan khasiat makanan organik yang dikonsumsinya. Badannya terasa lebih segar, sehat, dan ringan. “Untuk Rangga, hasilnya belum kelihatan banget. Cuma matanya lebih cemerlang. Mungkin karena vitamin yang terkandung dalam sayuran,” papar Sophie yang merasa bangga lantaran sang anak sudah doyan makan sayuran dalam bentuk apa pun.

“Artinya, kan, meringankan tugas saya di masa depan, yaitu membiasakan anak untuk melihat sayur sebagai a way of life. Sebagai perempuan, kita punya tugas jadi istri dan ibu. Artinya, kita juga punya tanggung jawab menyehatkan keluarga. Apa yang kita taruh di meja makan, itu yang dimakan anak dan suami. Masak, sih, kita mau taruh sampah atau makanan yang enggak sehat?” katanya panjang lebar.

Menabung Untuk Hari Depan Yang Sehat

Dari bacaan yang dilahapnya, personel AB Three ini jadi merasa takut karena di mana-mana orang menggunakan pestisida, bahan pengawet, bahan kimia, pengawet, dan lainnya untuk mengolah bahan makanan. “Termasuk untuk makanan bayi. Padahal, semua itu bikin daya tahan tubuh bayi ringkih dan kalau terlalu lama menumpuk di tubuh, bisa jadi racun dan sumber penyakit,” ujarnya serius.

Nah, ketika hamil, Lucy tak mau mengambil risiko untuk jabang bayinya. Ia pun mulai rajin mengonsumsi makanan organik. Bahkan setelah anaknya, Keitaro Jose Purnomo (1)
lahir hingga sekarang, selalu diberi makanan organik. “Aku, sih, enggak terlalu ketat harus makan makanan organik. Tapi kalau buat Keitaro, suatu keharusan. Jadi, setelah diberi ASI ekslusif dan mulai diperkenalkan pada makanan padat, sejak itu aku kasih jus sayuran atau buah organik,” kisahnya antusias.

Yang kerap bikin Lucy pusing, sayuran organik amat tergantung pada musim. “Jika iklimnya tidak mendukung untuk panen, beberapa jenis sayuran susah didapat. Pernah aku sulit sekali menemukan brokoli, wortel, atau tomat. Sudah keliling ke beberapa toko, enggak ketemu juga. Untungnya, sekarang sudah mulai banyak dijual di supermarket. Jenisnya juga mulai beragam.”

Ia lalu memberi contoh, “Dulu, mau bikin sayur sop yang bahan-bahannya organik, susah banget. Kentang dan daun seledrinya enggak ada,” kata Lucy yang rajin berburu bahan makanan organik dua atau tiga kali dalam seminggu. “Bisa berjam-jam aku muter-muter mencari sayuran organik. Mulai dari yang dekat rumah di kawasan Pondok Indah, hingga dekat rumah orangtuaku di Jatibening. Soalnya, kata Lucy, sayur hanya tahan 2-3 hari sehingga ia harus sering mencari stok sayuran buat buah hatinya. “Untuk Keitaro, aku paling sering beli bayam, wortel, tomat, buncis, dan brokoli.”

Sumber protein berupa daging dan ayam untuk anaknya, juga diusahakan memakai yang organik. “Ayam organik juga lebih tahan lama. Kalau menyimpannya bagus, bisa tahan sampai dua minggu. Tapi pernah juga, sih, kehabisan stok ayam organik. Akhirnya terpaksa pakai ayam kampung yang bebas suntikan hormon,” kisahnya.

Soal harga yang lebih mahal, Lucy mengaku tidak terlalu mempermasalahkan. Demi anaknya, ia ingin mengupayakan yang terbaik. Jadi, beda Rp 5.000 hingga Rp 10.000, “Enggak masalah. Untuk masalah kesehatan, kita tidak usah lihat harga lagi, deh. Siapa lagi yang menghargai diri kita selain kita sendiri? Jadi, menurut aku, antara harga dan efek positif yang kita dapat, seimbang,” kata Lucy yang dalam hal ini mendapat dukungan dari suami.

Targetnya, untuk Keitaro ia akan terus memberi asupan organik minimal sampai usia 5 tahun. Pasalnya, kalau sudah masuk usia sekolah SD, “Anak mulai berteman dan tahu jajan. Tidak bisa setiap saat kita mengontrol.”

Masalah khasiat makanan organik, tambah Lucy, tak bisa dirasakan dalam sekejap. “Baru terasa dalam jangka waktu panjang. Mungkin 5-6 tahun lagi baru terasa, kita tidak rentan terhadap penyakit darah tinggi, jantung, kolesterol, dan sebagainya. Jadi, hitung-hitung menabung untuk hari depan yang lebih sehat, deh.”
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

Jangan Remehkan Radang Gusi dan Sariawan

Tanpa disadari, sebagian orang kadang menganggap “enteng” sariawan dan penyakit rongga mulut lain, seperti bau napas tak sedap hingga gusi berdarah dan gigi ompong.

Padahal, penelitian terakhir menunjukkan adanya kaitan erat antara bertumpuknya bakteri di rongga mulut dengan penyakit berat lain, seperti diabetes, serangan jantung, infeksi darah, hingga soal bayi dengan berat tidak memadai….

Radang gusi diakui menjadi faktor utama kasus gigi tanggal dan kerusakan jaringan penyangga gigi. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperkirakan 30 persen warga AS mengidap radang gusi pada tingkat periodontitis, sedangkan satu dari lima orang menderita sariawan atau radang gusi ringan.

Tidak mengherankan jika pada tahun 2005 sebanyak 500 juta warga AS rutin ke dokter gigi. Berarti, diperlukan dana sekitar 84 miliar dollar AS setahun. Itu menurut perkiraan Asosiasi Dental Amerika (ADA). Lebih dari itu, setiap tahun, sebanyak 28.000 warga AS terkena kanker mulut dan tenggorokan. Sekitar 7.200 di antaranya meninggal dunia.

Masalah itu mengusik Dr Jean Connor, ahli kesehatan gigi dari Cambridge, Massachusettes, yang baru terpilih sebagai Ketua Asosiasi Kesehatan Gigi AS. Menurut dia, radang gusi dicurigai memberi kontribusi cukup signifikan pada “rusaknya” kondisi kesehatan keseluruhan melalui aliran darah.

“Jadi, jika jari Anda infeksi dan Anda diamkan saja, lama-lama (infeksi itu) akan berpengaruh ke seluruh tubuh. Begitu juga dengan mulut,” kata Dr Connor kepada media kesehatan Health Day, Sabtu (14/10). “Penyakit gusi atau rongga mulut memproduksi bakteri yang luar biasa banyak. Jadi, jika ada masalah di katup jantung Anda, bakteri-bakteri itu akan menyerbu dan menyebabkan infeksi jantung,” katanya.

Meningkat

Penelitian terakhir CDC menunjukkan, risiko serangan jantung dan stroke meningkat pada penderita radang gusi dan rongga mulut, dengan tingkat keakutanyang berbeda.Selain itu, kaitan antara penyakit gusi dan diabetes pun semakin nyata. Umumnya penderita diabetes terjangkit radang gusi pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu periodontal. Karena itu, CDC sedang meneliti kemungkinan adanya timbal balik dari kasus ini. Artinya, sedang dicari kemungkinan merawat penderita diabetes dengan lebih mengendalikan radang gusi.

Pendapat itu diperkuat Dr Diann Bomkamp, ahli kesehatan gigi dari St Louis, AS, yang juga Wakil Ketua Asosiasi Kesehatan Gigi AS. Infeksi darah yang disebabkan oleh radang gusi bisa pula menyebabkan kegagalan operasi “penggabungan”. Dalam arti, infeksi darah akan memperkuat upaya tubuh untuk menolak penggabungan implan artifisial.

Ia menekankan, wanita yang bermasalah dengan radang gusi dua kali lebih besar kemungkinannya melahirkan bayi prematur. Khususnya, dari kasus kurang berat badan hingga bayi terinfeksi. “Jika Anda kebetulan sedang hamil dan menderita radang gusi, ada kemungkinan kehamilan dan kelahiran bayi Anda nanti bermasalah,” ujarnya.

Sariawan oleh banyak orang dikenal sebagai luka pada selaput lendir di daerah mulut. Umumnya luka di daerah mulut tidaklah dalam. Jika tidak dibarengi dengan komplikasi karena infeksi oleh kuman yang lebih ganas, sariawan akan sembuh sendiritanpa bekas(Kompas 5 Juni 1994). Infeksi ini biasanya dimulai dengan munculnya gelembung berisi cairan di mulut. Gelembung ini bisa pecah dan membentuk luka yang akan terasa nyeri.

Pada kasus tertentu, sariawan bisa pula dianggap sebagai salah satu indikasi kanker mulut, sejauh tidak pernah sembuh dan tidak pernah hilangdari mulut(Kompas 21 November 2004). Walau begitu, kepastian itu bergantung pada hasil biopsi yang dilakukan para dokter.

Penuh bakteri

Data di Institut Kesehatan Nasional AS menunjukkan, penyakit radang gusi dipicu oleh bertumpuknya bakteri di mulut akibat terabaikannya kesehatan dan kebersihan mulut. Bersama dengan lendir dan partikel lain, bakteri-bakteri ini terus membentuk plak yang lengket dan tidak berwarna di seputar gigi. Jika tidak dibersihkan secara rutin, plak ini lama-lama akan berkembang menjadi “tartar” yang tidak akan hilang hanya dengan gosok gigi.

Semakin lama plak dan “tartar” bersemayam di gigi, bakteri-bakteri itu akan menyebabkan radang gusi ringan yang disebut ginggivitis. Gusi akan berwarna kemerahan, bengkak, dan mudah berdarah, tetapi tidak merusak tulang gigi atau jaringan penyangga gigi. Pada tingkat ini, pengobatan cukup dengan dibersihkan secara teratur dan menyeluruh.

Walau begitu, jika dibiarkan, radang ringan ini bisa berkembang menjadi “periodontitis”. Artinya, radang di sekitar gigi. Pada tahap ini gusi terkelupas dari gigi dan membentuk kantung infeksi. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh harus berjuang keras melawan para bakteri busuk seiring meluas dan tumbuhnya plak di sekitar gusi.

Toksin bakteri dan enzim tubuh akan terus berusaha menghambat infeksi yang sebenarnya sudah mulai menghancurkan tulang dan jaringan penyangga gigi. Jika tidak segera diatasi, tulang gigi, gusi, dan jaringan penyangga gigi akan hancur. Gigi-gigi pun akan segera tanggal atau harus dicabut.

Radang gusi biasanya baru muncul pada usia 30-an hingga 40-an tahun. Umumnya radang gusi pada tingkat periodontitis lebih banyak menyerang kaum pria. Meski remaja jarang terkena radang gusi, banyak pula yang menderita ginggivitis.

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan radang gusi. Antara lain, rokok, perubahan hormon pada wanita, diabetes, stres, kanker, AIDS, faktor genetika, kurang gizi, dan obat. Beberapa obat, seperti antidepresan dan sebagian obat jantung, bisa menyebabkan radang gusi karena mengurangi aliran air liur yang sebenarnya memiliki efek protektif pada gigi dan gusi. Nah!

Air soda dan sikat gigi

Selain faktor cukup berat seperti stres, perubahan hormon, diabetes, dan genetika, radang gusi bisa terjadi oleh sebab ringan, seperti makanan manis, air soda, dan tembakau. Dan tak ada cara lain yang lebih jitu untuk menyelesaikan kasus radang gusi dan sariawan, kecuali menyikat gigi secara benar, rutin, dan menyeluruh….

Karena itu, tidak ada cara lebih baik kecuali mencegah terjadinya sariawan atau radang gusi. Setidaknya itu saran dari Dr Diann Bomkamp, pakar kesehatan gigi dari St Louis, AS. Pencegahan harus segera dilakukan ketika seseorang mendapati gusinya berwarna kemerahan, bengkak, dan terasa sedikit lunak. Hal itu ditambah dengan gigi yang mulai terasa ngilu, bau mulut yang tak sedap, serta gusi mudah berdarah ketika disikat.

Menurut Bomkamp, merawat dan membersihkan gigi secara teratur dan benar harus diimbangi dengan menghindari atau membatasi konsumsi makanan manis dan air soda. “Kami sering melihat orang yang mengonsumsi minuman ringan atau air soda sebagai sarapan pagi, kemudian meminumnya sepanjang hari. Meski ’diet soda’, soda tetap saja mengandung asam yang bisa merusak gigi dan gusi,” kata Bomkamp.

Mengutip data dari CDC, ia menekankan pentingnya setiap orang membatasi jumlah asupan makanan manis. “Mereka juga harus terus ingat bahwa rekomendasi lima hari untuk buah dan sayur yang mengandung serat tinggi juga sangat baik bagi kesehatan mulut dan gigi. Menurut dia, mengonsumsi buah dan sayur berserat tinggi akan memperlancar peredaran air liur. Akibatnya, remineralisasi permukaan gigi akan sangat terbantu sehingga bisa mencegah pengeroposan awal gigi.”

Lebih dari itu, Bomkamp dengan tegas menekankan pentingnya orangtua tidak berbagi minuman dengan anak kecil, terutama jika si orangtua menderita radang gusi. “Bahkan, ketika kita meniup makanan agar cepat dingin di depan si kecil, itu bisa menyalurkan bakteri mulut orangtua kepada anak,” ujarnya.

Hal lain yang harus dihindari, lanjut Bomkamp, adalah tembakau. “Perokok tujuh kali lebih besar kemungkinannya terkena radang gusi ringan hingga periodontitis,” katanya. “Menghindari tembakau adalah jalan terbaik,” ujar Bomkamp.

Selain faktor diet seperti anjuran Bomkamp serta pengobatan melalui medis, beberapa pihak menggarisbawahi pentingnya sistem pengobatan herbal. Dalam catatan Kompas, ada beberapa jenis tanaman dan dedaunan di Indonesia yang umum digunakan untuk mengatasi sariawan atau radang gusi tersebut, misalnya daun sirih (Piper betle), daun saga telik (Abrus precatorius), jambu mede (Anacardium occidentale), mentimun (Cucumis sativus), dan nira aren (Arenga pinnata Mer).

Walau begitu, sikat gigi tetap menjadi unsur terpenting. Dalam arti, menggosok gigi cukup dua kali sehari karena menggosok gigi terlalu sering justru akan merusak email gigi. Disarankan pula menggunakan sikat gigi berbulu halus dan menggosok gigi secara hati-hati, tidak serampangan dan singkat.

Selain itu, gunakan sikat yang sesuai dengan ukuran mulut sehingga memungkinkan pembersihan hingga ke seluruh sudut mulut dan gigi. Selamat mencoba!

Penulis: Rien Kuntari

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

Makanan Organik

March 2, 2008

Makanan Organik

Bisnis Makananan Melilea

Saat ini orang menyadari adanya peningkatan jumlah dan jenis makanan organik yang tersedia di pusat-pusat perbelanjaan bahan makanan. Salah satu jenis makanan sehat yang disebut sebagai makanan organik telah menyebar luas dari sangat eksklusif dan jarang menjadi mudah ditemui di pasaran.

Mungkin timbul pertanyaan dalam dirimu apa sih makanan organik? Apakah itu makanan yang sehat? Apakah aman untuk dikonsumsi? Apakah mereka cukup memberi keuntungan dengan uang tambahan yang kita keluarkan dengan harga yang relatif mahal dibanding makanan biasa? Lalu bagaimanakah rasanya?

Makanan organik adalah sejenis makanan yang saat masa pertumbuhannya tidak menggunakan bahan-bahan seperti: pestisida, herbisida, antibiotik, bioengineering, hormon, radiasi ionisasi, dan bahan penyubur tanaman yang terbuat dari kandungan sintetis. Makanan organik yang berasal dari hewan seperti daging merah, telur, dan makanan tanpa lemak adalah makanan yang berasal dari hewan yang bahan makanannya 100 persen makanan organik. Tidak pernah disuntik antibiotik atau makanan penyubur dan dibiarkan tumbuh normal dan bisa berhubungan dengan lingkungan luar.

Jika sebuah produk berlabel organik, hal ini berarti pemerintah telah memberi sertifikat setelah melakukan tinjauan pada lahan pertanian tempat produk diproduksi. Para petani yang memproduksinya menggunakan sumber-sumber yang terdaur ulang yang menjaga kesuburan tanah dan ketersediaan air untuk generasi mendatang.

Makanan organik pun ada berbagai macam:
– Berlabel ”100 persen organik”, makanan yang mengandung seluruh bahan organik.
– Berlabel ”Organik”, makanan yang paling tidak mengandung 95 persen kandungan organik.
– Berlabel ”Terbuat dari bahan organik”, biasanya terdiri atas 70 persen bahan-bahan organik.

Istilah lain yang sering kita dengar berhubungan dengan makanan alami atau organik adalah sustainable (berkelanjutan). Istilah ini mendorong konsumsi makanan lokal yang proses perkembangannya secara tradisional yang ada di dekat kita dengan teknik yang tidak merusak lingkungan, berdasarkan musim dan menjaga lahan agrikultural. Makanan organik dan sustainable tak selamanya memiliki arti sama. Sebagai contoh, tomat mungkin saja tak termasuk makanan sustainable jika didatangkan dari luar negeri ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut. Dan, di sisi lain, bahan makanan yang berasal dari lokal dan diolah dengan sustainable belum tentu ditumbuhkembangkan secara organik.

Peluang Bisnis | Peluang Usaha | Bisnis Internet | Bisnis Online Halal

Bisnis Halal

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

http://melilea-organik.com

Makanan Organik Kian “Ngetren”

UMBI radies (semacam lobak) yang dibudidayakan secara organik oleh produsen sayuran organik Kampung Panaruban, Sagala Herang, Kab. Subang. Sebagian masyarakat perkotaan yang sudah sadar akan pentingnya kesehatan (“health awarness”), makanan-makanan organik memang sedang digandrungi.* ADE BAYU

FANNY mengaku sudah mengonsumsi makanan-makanan organik sejak dirinya tahu bahwa efek pestisida sangat membahayakan tubuh. “Kebayang kan, tanpa sadar kita sedang menumpuk zat-zat berbahaya seperti karsinogen ke dalam tubuh. Ugh.. ngeri! Bisa-bisa ntar saya kena kanker,” ujar Fanny, karyawati sebuah perusahaan BUMN di Bandung.

Lain Fanny lain pula Muti. Bagi Muti, makanan organik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Maklumlah, Muti dan keluarganya memang baru kembali ke tanah air setelah 3 tahun ikut suaminya menyelesaikan program doktor di Eropa. “Tapi sayang ya, di sini tidak semua supermarket menyediakan makanan organik,” keluhnya.

Bagi sebagian masyarakat perkotaan yang sudah sadar akan pentingnya kesehatan (health awareness), makanan-makanan organik memang sedang digandrungi. Bahkan beberapa kalangan selebriti seperti Sarah Sechan, Gunawan, Sofia Latjuba, dan masih banyak lagi, dengan terang-terangan menyatakan hanya ingin hidup sehat dengan sayuran dan makanan-makanan organik.

Menurut standar yang ditetapkan Amerika Serikat seperti dirilis situs food for health, makanan organik adalah makanan-makanan yang “100% organik” dan “organik” (untuk yang setidaknya 95%) diproduksi tanpa hormon, antibiotik, herbisida, insektisida, pupuk kimia, radiasi untuk mematikan kuman, atau tanaman/ hewan yang mengalami modifikasi genetis (GMO, genetically modified organism).

Itulah sebabnya, masih menurut situs itu tadi, masyarakat Singapura akan lebih menyukai sayuran dengan bekas gigitan ulat dibandingkan dengan sayuran mulus. Pasalnya, gigitan ulat notabene menjadi penanda bahwa sayuran tersebut diproduksi secara organik.

Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Menurut Nick Djatnika dari Kandaga Organic, produsen makanan-makanan organik Kampung Panaruban, Sagala Herang, Kab. Subang Jawa Barat, mengonsumsi makanan-makanan organik saat ini sudah menjadi gaya hidup sebagian orang. Hal itu sejalan dengan semakin membaiknya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.

Jika dikelompokkan, ada dua jenis konsumen makanan-makanan organik. Konsumen yang sudah aware dengan kesehatan dan konsumen mantan pasien yang pernah menderita suatu penyakit tertentu. Konsumen pertama bertujuan lebih kepada menjaga (preventif) sedangkan konsumen kedua bertujuan untuk merehabilitasi (kuratif) kondisi kesehatan mereka.

Namun, jika melihat latar belakang sosial, menurut Costumer Affair Kandaga Organic, Sari yok Koeswoyo, 60 % konsumen makanan organik adalah kalangan ekspatriat, sedangkan sisanya (40 %) adalah masyarakat pribumi yang umumnya pernah tinggal di luar negeri.

Meski demikian, tren ini semakin berkembang dan meluas. Hal itu seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang ingin hidup lebih sehat.

Jumlah terbesar dari konsumen ini masih dipegang Jakarta, disusul Bogor dan Bandung. Hal itu dapat dilihat dari beberapa permintaan yang masuk langsung kepada dirinya maupun ke focalpoint Kandaga Organic. “Alasan mereka mengonsumsi sayuran ini karena mereka ingin hidup lebih sehat. Masyarakat semakin menyadari bahwa sakit itu jauh lebih mahal dibandingkan dengan sehat,” ujar Sari.

Kebutuhan pasar yang kian tinggi ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan barang. Diakui Jatnika, bergerak di sayuran organik memang membutuhkan kerangka berpikir yang berbeda. Meskipun sistem pengelolaannya sangat bergantung kepada alam, semua sistem dan tata kelolanya harus bersertifikasi. Makanya tidak heran jika sayuran organik hanya dapat diperoleh di pasar-pasar swalayan tertentu. Bahkan Sari mengakui, pihaknya lebih memilih sistem delivery untuk melayani pelanggannya. Selain pelanggan lebih terpuaskan, pengantaran barang pun bisa disesuaikan dengan produksi.

Meski demikian, cara seperti itu tidak mempersempit pasar. Promosi dari mulut ke mulut justru lebih memperluas konsumen makanan organik. Malah Sari mengakui, permintaan seringkali jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ketersediaan barang.

“Mungkin di situlah mengapa sebagian kalangan menilai kalau sayuran organik itu mahal. Teori pasar kan memang begitu. Ketika permintaan tinggi, barang tidak ada, pasti mahal,” ujarnya.

Padahal, sistem produksi dan pengelolaan sayuran organik memang harus bersertifikasi. Sedangkan syarat untuk sertifikasi saja memerlukan dana yang tidak sedikit. “Tapi kalau konsumennya sudah aware dengan kesehatan, tidak akan merasa mahal kok. Lagi pula, kesehatan kan memang investasi,” paparnya.

**

TREN mengonsumsi makanan organik di masyarakat diakui ahli gizi dr. Kunkun K. Wiramihardja, M.S. Bila dilihat dari sisi petani, kecenderungan mengembangkan sayuran jenis ini menurut dr. Kunkun merupakan usaha petani untuk memotong kerusakan fisik sayuran dan penyusutan gizi sayuran tersebut. Sebab produksi sayuran yang bukan organik, memungkinkan tingkat kerusakan sayuran sangat tinggi dibandingkan dengan sayuran organik.

Secara fisik, sayuran biasa (anorganik) cenderung cepat busuk dibandingkan dengan sayuran organik. Sayuran ini juga sangat mungkin terkontaminasi insektisida dan pestisida yang digunakan pada proses produksi (penanaman).

Bukan hanya sayuran, tanah sebagai media tanam juga bisa cepat rusak. Karena sayuran yang diproduksi anorganik, harus diberi pupuk kimia dan untuk mengusir hama digunakan insektisida. Akibatnya, mungkin sayuran bisa terbebas hama dan cepat sistem produksinya. Tetapi menghadirkan “penyakit baru” yang merupakan efek dari insektisida dan pestisida.

Sayuran organik lebih banyak dikembangkan oleh para petani intelek. Berbeda dengan sayuran organik. Sejak awal, proses penanaman sayuran organik diupayakan terhindar dari zat-zat kimia. Sayuran organik diproduksi secara alami dengan menggunakan pupuk kandang dan agar terhindar dari hama, digunakan pengusir hama dari tumbuhan.

Cara produksi tanaman ini sebenarnya jauh lebih mahal dan rumit dibandingkan dengan memproduksi sayuran biasa. Oleh karena itu wajar, bila harga sayuran ini lebih mahal dibandingkan dengan harga sayuran biasa (anorganik).

Akan tetapi bila dilihat dari sisi ahli gizi, tidak ada perbedaan kandungan gizi ataupun vitamin antara sayuran organik dan sayuran biasa. Hanya, sayuran organik lebih terhindar dari kemungkinan pencemaran zat-zat kimia pestisida, insektisida, maupun herbisida sehingga konsumen bisa lebih percaya diri bahwa makanan yang dikonsumsinya diproduksi dengan cara sehat.

Kandungan vitamin sayuran sangat ditentukan oleh cara pengolahan dan cara penyimpanannya. Sayuran organik tidak akan bermanfaat bagi tubuh kalau pengolahannya tidak tepat.

Pengolahan sayur oganik yang tepat, sebaiknya direbus walau cumabeberapa menit. Sedangkan untuk sayuran jenis salad/lalap yang langsung dimakan akan lebih aman bila diseduh air panas terlebih dahulu atau dicuci dengan teliti.

Hal itu dilakukan agar terhindar dari telur-telur cacing yang mungkin masih tertinggal. Mengingat sayuran organik tidak menggunakan zat-zat kimia pengusir hama, termasuk cacing. “Mencuci atau merebus sayuran itu penting agar terhindar dari telur-telur cacing. Tetapi jangan berlebihan karena akan mengurangi kadar kandungan vitamin sayuran tersebut,” papar dr. Kunkun.

Daya tahan sayuran organik memang berbeda dengan sayuran biasa. Sayuran organik bisa lebih tahan lama bila disimpan di lemari pendingin. Jika sayuran biasa hanya tahan satu minggu di lemari es, sayuran organik bisa lebih lama dua kali lipat.

Meski demikian, konsumen sayuran organik harus tetap memerhatikan cara penyimpanan. Serangga lalat, selama ini dianggap paling berbahaya, tapi jangan abaikan pula kecoa. Penyimpanan sayuran organik yang salah dapat mengundang makhluk menjijikkan ini menghampirinya.

Sama halnya dengan sayuran lain, sayuran organik mengandung vitamin C dan vitamin B Kompleks. Jika pengolahan dan penyimpannya tidak tepat, semua kandungan tersebut akan menyusut atau hilang sama sekali.
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

http://melilea-organik.com

Melilea Power Talk

January 16, 2008

Melilea Power Talk

Balai Sarbini
Jakarta, Jakarta Raya
Indonesia
021-98712280

http://www.melilea-jakarta.blogspot.com

Description:

Mau ikutan bisnis melilea power talk?, saat ini adalah momentum yang tepat untuk menjadi bagian dari keluarga besar produk ini, Tahun ini kita membuka distributor untuk China, Amerika dan Philipina, Wow Peluang Bisnis yang menggiurkan bukan?. Ikuti Power Talk Di Balai Sarbini Jakarta Tanggal 19 Januari 1998, Jangan Anda Ketinggalan.
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

Melilea Power Talk

http://melilea-organik.com

Beras Organik

December 18, 2007

Beras organik

Tanah Subur Menghasilkan Beras Organik

SALAH satu risiko sebuah daerah yang mengandalkan pertanian adalah berkurangnya kesuburan tanah akibat produktivitas pertanian yang terus diupayakan naik. Dengan tekad ingin mengembalikan kesuburan tanah itulah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen mencanangkan program penanaman beras organik.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Suwarto mengatakan, pencanangan beras organik yang menggunakan pupuk alami merupakan salah satu usaha yang digunakan mengembalikan kesuburan tanah serta meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

“Kami berharap, penggarapan lahan pertanian dengan pupuk organik juga dapat meningkatkan pendapatan sebagian besar masyarakat Sragen yang lebih dari 60 persen merupakan petani. Kalau kualitas beras tinggi, harganya juga semakin tinggi,” kata Suwarto.

Sebenarnya, secara sporadis, petani Sragen telah menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari kotoran hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, pupuk organik ini tidak dapat digunakan seratus persen dalam pertanian organik.

“Para petani masih harus mencampur dengan pupuk urea sesuai komposisi yang seimbang dan tetap saja yang paling banyak pupuk organiknya,” jelas Suwarto. Contohnya saja, bila memakai pupuk buatan dibutuhkan pupuk urea tiga kuintal per hektar. Tetapi, bila memakai pupuk organik, pemakaian pupuk urea 100 hingga 150 kilogram.

Selain itu, pemkab juga mengimbau petani untuk tidak menggunakan pestisida. Menurut Suwarto, penggunaan pestisida dalam pertanian dapat merusak kesehatan petani dan juga merusak hasil pertanian.

“Kita juga bisa kena dampak pestisida kalau mengonsumsi hasil pertanian seperti buah- buahan atau sayuran,” tambah Suwarto.

Dalam usahanya menggalakkan pertanian organik ini, Pemkab Sragen mengerahkan sekitar 140 penyuluh pertanian. Mereka selalu memberikan penjelasan tentang pengolahan pertanian yang baik. Mereka membawahi hampir 1.400 kelompok tani di 20 kecamatan.

Dalam setahun, rata-rata luas panen di Sragen 86.676 hektar. Meski dapat dikatakan sebagai penghasil beras yang cukup besar, pertanian di Sragen juga sempat kekeringan.

Misalnya, tahun 2002 lalu, kekeringan melanda sekitar 7.430 hektar dari seluruh luas tanam 40.000 hektar. Namun, tidak semua wilayah mengalami kekeringan total atau puso. Wilayah yang mengalami puso 1.945 hektar.

Seorang petani di Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Suwandi menceritakan beberapa tahun lalu, ia menggunakan pupuk urea terus-menerus untuk sawahnya yang ditanami beras.

“Lama-kelamaan sawah saya, tanahnya menjadi keras dan produksi beras menjadi jelek. Kemudian, saya mulai menggunakan pupuk kompos yang dibuat oleh kelompok tani di desa saya. Sekarang, hasilnya cukup bagus dan tanahnya juga tidak keras sekali,” kata Suwandi.

Ia mengatakan beberapa tahun lalu, ketika ia masih menggunakan pupuk urea dengan jumlah yang sangat banyak, tanah pertaniannya menjadi keras sehingga tidak ada cacing yang bisa hidup. Kini, sawah seluas seperempat hektar miliknya sudah banyak cacing yang dapat menyuburkan kembali tanahnya.

Wilayah Sragen terbagi dua yaitu sebelah selatan Bengawan Solo yang tanahnya subur dan sebelah utara Bengawan Solo yang berbukit, tanah kapur dan kurang subur. Karena itu, selain dukungan hasil pertanian, Sragen juga memiliki andalan di bidang peternakan dan perikanan. Sejak otonomi daerah, pengelolaan ketiga bidang ini dijadikan yaitu Dinas Pertanian.

Suwarto mengatakan untuk petani yang tinggal di sebelah utara Sungai Bengawan Solo, menanam palawija. Misalnya, di Kecamatan Tanon, Kecamatan Prupuk dan Kecamatan Jenar.

“Mereka sudah mengerti kalau menanam di situ banyak risikonya. Seperti pada musim kering, sering gagal panen karena hanya mengandalkan air hujan,” kata Suwarto.

Selain pertanian, Sragen juga mengandalkan bidang perikanan. Apalagi, Sragen memiliki wilayah genangan Waduk Kedungombo sekitar 2.300 hektar. Dengan aset genangan waduk inilah dikembangkan perikanan darat.

Produksi ikan darat yang paling banyak di Sragen adalah ikan nila merah yang pengembangannya melalui karamba (jaring apung dari kurungan dari anyaman bambu). Saat ini, hampir sekitar 1.000 petak jaring apung yang beroperasi di genangan waduk yang masuk di wilayah Sragen.

Hasil produksi ikan nila merah, menurut Suwarto, dipasarkan sampai keluar wilayah Sragen seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Blitar, Nganjuk, Bojonegoro serta kota lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Dalam sehari, ikan yang dikirim ke luar Sragen 1,5 ton sampai dua ton,” kata Suwarto. Adapun pasar yang dimasuki para penghasil ikan nila mereka meliputi pasar tradisional, tempat pemancingan dan rumah makan.

Sumbangan bidang pertanian, peternakan dan perikanan ke pendapatan asli daerah (PAD) pun cukup besar yaitu Rp 1 milyar untuk tahun 2002. Angka ini diharapkan dapat dinaikkan lagi bila para petani dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian yang berefek pada peningkatan pendapatan.

Sementara itu, saat ini, Sragen juga sedang mengembangkan wilayah Sangiran Dome. Situs budaya yang berada di Kabupaten Sragen ini yang menyimpan fosil-fosil yang berhubungan dengan asal-usul manusia dan ilmu pengetahuan bertaraf internasional dan dilindungi undang-undang. Bupati Sragen Untung Wiyono merencanakan penataan kawasan Sangiran Dome dengan membangun menara pandang.

Selain gardu pandang, juga akan dibangun titik-titik situs yang pernah menghasilkan temuan-temuan penting di wilayah itu. Titik-titik situs itu akan ditandai dengan tonggak bendera yang dapat dilihat dari menara pandang.

Namun, rencana pengembangan Sangiran Dome ini masih menjadi pro dan kontra. Salah satu pihak yang mengecam adalah Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) yang menganggap rencana itu dapat merusak situs budaya di kawasan itu. Kita lihat saja nanti, apakah rencana Kabupaten Sragen ini akan berhasil mengembangkan kawasan Sangiran. (Susi Berindra)
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

http://melilea-organik.com

Tips Hidup Sehat Melilea

December 1, 2007

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

Submit to Social Websites

Obat Pelangsing

September 18, 2007

Obat pelangsing

93 obat pelangsing berbahaya

93 Produk Obat Pelangsing Mengandung Bahan Kimia Obat Keras Buat halaman ini dlm format PDF Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail
Ditulis oleh didinkaem
Tuesday, 12 December 2006

Image Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan peredaran 93 merek produk jamu dan obat tradisional yang dicampur dengan Bahan Kimia Obat Keras (BKO).

Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib di Jakarta, Selasa (5/12), menjelaskan, obat-obat pelangsing yang diproduksi oleh produsen obat dari Cina serta beberapa daerah di Indonesia seperti Banyumas, Jakarta, Makassar, Cilacap, Malang, Solo dan Jawa Tengah itu dicampur dengan BKO jenis Fenilbutason, Metampiron, Deksametason, CTM, Allupurinol, Sildenafil Sitrat, Parasetamol dan Sibutramin Hidroklorida.

Merek produk obat tradisional yang mengandung BKO itu antara lain terdiri atas Xing Shi Jiu, G-Bucks Kapsul, Asam Urat dan Flu Tulang Kapsul serta Serbuk, Neo Tasama Kapsul, Pegal Linu Encok Rematik, pelangsing Alami Kapsul, Amargo Jaya Ramuan Madura, Cikung Makassar Super, Obat Pegel Linu Ngilu Tulang, Sembur Angin, Daun Dewa, Flu Tulang LabaLaba, Obat Kuat Viagra, Extra Fit, Pegel Linu Cap Widoro Putih, Prono Jiwo dan Antanan Kapsul.

“Obat-obat itu biasanya dijual di gerai-gerai jamu atau dijajakan oleh tukang jamu gendong dengan sebutan ‘jamu setelan’,” ujarnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, penggunaan BKO sebagai campuran dalam obat tradisional tanpa resep dan pengawasan dari dokter dapat mambahayakan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Penggunaan Metampiron tanpa pengawasan dokter, kata dia, dapat menyebabkan gangguan saluran cerna, perdarahan lambung dan gangguan syaraf dan Fenilbutason dapat menyebabkan rasa mual, ruam kulit, retensi cairan dan gagal ginjal.

Ia menambahkan pula bahwa penggunaan Deksametason dapat menyebabkan trombositopenia, anemia plastis dan gangguan fungsi ginjal sedangkan Sibutramin Hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.

Oleh karena itu, ia mengatakan, BPOM menyeru masyarakat supaya tidak membeli dan atau mengonsumsi produk obat pelangsing yang mengandung BKO dan menyampaikan aduan ke layanan pengaduan konsumen BPOM Jakarta di nomor 021-4263333 atau Balai POM di daerah setempat bila menemukan produk semacam itu.

Berkenaan dengan hal itu, ia menjelaskan, Badan POM juga telah memberikan peringatan keras kepada produsen dan distributor obat yang bersangkutan serta menarik dan memusnahkan obat pelangsing yang dicampur dengan BKO.

Menurut dia BPOM telah memusnahkan 10.561 kotak, 31.403 bungkus dan 1.968 kapsul/tablet obat pelangsing yang dicampur BKO hasil penertiban BPOM selama 2006.

Ia menjelaskan pula bahwa BPOM juga telah melakukan proses projustisia pada dua produsen dan satu distributor obat pelangsing yang mengandung BKO.

“Sebab kegiatan memroduksi dan mengedarkan obat terlarang termasuk pelanggaran menurut UU Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen,” katanya serta menambahkan pelanggaran semacam itu bisa dikenai sanksi hukuman penjara selama lima tahun dan denda maksimal Rp100 juta. (Republika)

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

http://melilea-organik.com

Penyakit Diabetes

September 18, 2007

Penyakit Diabetes

Apakah Diabetes Penyakit diabetes?
Pertanyaan Pengasuh yang terhormat, Ibu saya menderita diabetes cukup parah. Sejak sepuluh tahun yang lalu rutin mengkonsumsi obat diabetes dan nampaknya sangat ketergantungan. Jika tidak makan obat, kadar gula darah beliau langsung meningkat. Baru-baru ini kakak saya dirawat karena tiba-tiba pingsan, dan ternyata oleh dokter dikatakan menderita diabetes. Melihat kenyataan ini saya khawatir suatu saat nanti saya juga akan mendapat “giliran” menderita diabetes? Apakah diabetes ini merupakan penyakit keturunan? Apakah ada cara untuk menghindari timbulnya penyakit diabetes ini, walaupun orang tua menderita diabetes? Apakah penyakit diabetes bisa disembuhkan? Mohon informasi mengenai penyakit diabetes ini dan bagaimana menanggulanginya. Atas informasi yang diberikan saya ucapkan banyak terima kasih.
(Marina , Jakarta Timur)

Jawab

Saudari Marina yang baik,
Penyakit Diabetes atau lebih tepatnya penyakit diabetes mellitus (DM), atau dalam bahasa sehari-hari disebut kencing manis, adalah suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebab tidak dapat digunakan oleh tubuh. Pada orang normal, karbohidrat (berbagai jenis tepung dan gula) yang dimakan akan diubah menjadi glukosa di dalam saluran pencernaan. Glukosa ini kemudian akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh dan masuk ke dalam sel untuk dimanfaatkan antara lain sebagai bahan baku energi. Masuknya glukosa ke dalam sel berlangsung dengan bantuan insulin, yaitu sejenis hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Insulin berperan layaknya kunci yang membuka jalan masuk glukosa ke dalam sel.

Pada penderita penyakit diabetes mellitus atau DM, gula tidak dapat atau sukar masuk ke dalam sel. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya hormon insulin yang diproduksi kelenjar pankreas, atau karena sel tidak dapat memberikan respon yang baik terhadap insulin walaupun insulinnya sendiri sebenarnya cukup jumlahnya. Dalam bahasa ilmiah dikatakan karena kurangnya jumlah atau aktivitas reseptor insulin yang terdapat pada sel.

Akibatnya gula akan menumpuk di dalam darah, tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dan akhirnya dibuang melalui air seni. Gangguan metabolisme karbohidrat ini menyebabkan tubuh kekurangan energi. Itu sebabnya penderita DM umumnya terlihat lemah, lemas dan tidak bugar. Gejala lain yang umum dirasakan penderita penyakit diabetes antara lain sering buang air kecil, mudah lapar, sering haus, penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, dan gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu.

Penyakit Diabetes dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius bila tidak ditangani dengan baik. Gangguan kesehatan yang umum merupakan komplikasi dari penyakit diabetes antara lain gangguan penglihatan, baik karena rusaknya syaraf penglihatan atau karena percepatan pembentukan katarak, kerusakan syaraf, sakit jantung, sakit ginjal dan disfungsi (gangguan fungsi) seksual. Kadar gula yang tinggi di dalam darah menyebabkan luka sukar sembuh dan cenderung menjadi kudis atau borok. Pada beberapa penderita penyakit diabetes yang parah, sering harus dilakukan amputasi pada anggota tubuh karena luka yang tak kunjung sembuh dan membusuk. Di Amerika Serikat diabetes dinyatakan merupakan salah satu penyebab utama kebutaan dan merupakan penyebab kematian keenam terbesar.

Menjawab pertanyaan Anda, apakah diabetes merupakan penyakit keturunan, dengan sangat menyesal saya harus menjawab bahwa banyak ahli menyimpulkan diabetes memang ada hubungannya dengan faktor keturunan. Seseorang yang kedua orang tuanya menderita diabetes sudah hampir dipastikan juga akan menderita diabetes. Anda tidak memberi informasi apakah Ayah Anda juga menderita diabetes. Kalau ya, berarti Anda mempunyai “bakat” besar untuk menderita diabetes.

Namun demikian Anda tidak perlu terlalu khawatir dan berkecil hati, sebab sebenarnya tidak terlalu sukar mengatasi diabetes asal Anda mempunyai tekad dan disiplin yang kuat mengatur gaya hidup Anda, terutama pola makan dan olah raga. Diabetes memang tidak dapat disembuhkan, dikatakan “penyakit seumur hidup” (lifelong disese), namun gejala dan komplikasi yang ditimbulkannya dapat diminimalkan asal kita dapat mengelolanya dengan baik. Istilahnya, hidup damai bersama diabetes.
Untuk dapat hidup aman dan damai bersama diabetes, Anda harus rajin dan disiplin mengatur pola diet dan olahraga, disamping rutin memeriksakan kadar gula darah Anda serta disiplin makan obat sebagaimana yang ditentukan dokter.

Diet perlu dilakukan dengan mengurangi asupan karbohidrat (berbagai jenis gula dan tepung termasuk nasi, kentang, ubi, singkong dan lain sebagainya), mengurangi makanan berlemak (daging berlemak, kuning telur, keju, dan susu tinggi lemak) serta memperbanyak makan sayur dan buah sebagai sumber serat, vitamin dan mineral. Sebagai sumber protein Anda dapat memanfaatkan ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe.

Selain mengatur pola makan, penderita diabetes disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur dengan cara bertahap sesuai dengan kemampuan. Olahraga yang ideal adalah yang bersifat aerobik seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama 30-40 menit didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh Anda.

Selain faktor keturunan, faktor risiko yang membuat seseorang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita diabetes adalah kurang olah raga dan obesitas (kegemukan). Jika Anda mempunyai “bakat diabetes”, dengan perkataan lain orang tua atau keluarga Anda mempunyai riwayat diabetes, maka untuk memperlambat atau mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh diabetes, Anda harus mulai mengatur pola makan Anda sebagaimana yang disarankan di atas, berolah raga secara teratur dan menjaga berat badan tidak melebihi normal.

Selain itu, periksakan kadar gula Anda begitu Anda merasakan gejala-gejala yang menyerupai gejala diabetes sebagaimana yang sudah dikemukakan. Walaupun tidak merasakan gejala-gejala tersebut jika Anda punya “bakat diabetes” cukup besar, sebaiknya periksa kadar gula darah Anda paling tidak sekali dalam enam bulan. Satu faktor lagi yang harus dihindarkan adalah stress.

Oleh sebab itu jangan terlalu khawatir seandainya pun Anda mempunyai bakat dibetes cukup besar. Atur pola makan, berolah raga secara teratur dan hidup dengan gembira akan meningkatkan kualitas hidup Anda, sehingga Anda bahkan dapat lebih sehat dari pada orang yang tidak mempunyai bakat dan tidak menderita diabetes. Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat. Salam. Dr Ernawati Sinaga MS Apt

Konsultasi Kesehatan dan Kefarmasian di asuh oleh: Indonesia Pharmaceutical Watch (IPhW), Koordinator Pengasuh: Dr Ernawati Sinaga MS Apt,

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

http://melilea-organik.com

Diabetes

September 18, 2007

Diabetes

Diabetes, Kuncinya Kendalikan Faktor Risiko

Jakarta, Kompas

Kirim Teman | Print Artikel

Begitu seseorang divonis menderita diabetes, itu berarti sudah saatnya ada titik balik perubahan gaya hidupnya.

Pengendalian faktor risiko merupakan kunci utama. Tanpa perbaikan pola hidup diimbangi dengan pengobatan, berbagai komplikasi penyakit lain akan mengancam.

Menurut survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6 persen dari total penduduk. Di atasnya adalah India, China, dan Amerika Serikat.

Diabetes (kencing manis) adalah penyakit di mana tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Jadi penderita mengalami gangguan metabolisme dari distribusi gula oleh tubuh sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi kelebihan gula di dalam darah sehingga menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan dalam darah tersebut melimpah ke sistem urine.

Gangguan insulin berakibat pada berlebihannya kadar lemak di pembuluh darah dan berisiko tinggi menimbulkan kecacatan karena bagian tubuh yang luka mudah terinfeksi. Diabetes juga bisa menimbulkan pengerasan pembuluh darah arteri serta memunculkan komplikasi penyakit lain seperti jantung koroner, stroke dan gagal ginjal.

Selama ini dikenal ada dua jenis diabetes dengan perbedaan menyolok, yakni diabetes tipe I yang tergantung sepenuhnya pada insulin, dan diabetes tipe II yang masih bisa dibantu dengan obat-obatan lain. Tipe II mencakup 90 persen dari seluruh kasus diabetes dan umumnya penderita kelebihan berat badan (obesitas).

Penderita diabetes tipe I mengalami gejala antara lain, sering buang air kecil, terus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni. Diabetes jenis ini cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun. Gejala ini mirip dengan tahap awal diabetes tipe II yang biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi kini prevalensinya makin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.

Menurut Dr Sidartawan Soegondo SpPD KE, dari Pusat Diabetes Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, biasanya penderita tidak menyadari datangnya ancaman penyakit itu saat mengalami gejala pre-diabetes, yakni kondisi pendahuluan dari munculnya diabetes tipe II. Ini lantaran penderita belum mengalami gejala fisik diabetes, tetapi kadar gula darah puasa dalam tubuhnya sudah di atas normal.

Maka, kita perlu mewaspadai gejala lain yang khas dijumpai pada penderita diabetes, yakni air seni penderita akan dikerubungi semut jika glukosa darah sudah tumbuh ke saluran urine, kata Dr Sidartawan.

Gejala lain yang timbul pada penderita, antara lain penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka yang lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan, dan impotensi pada pria.

Jika gejala diabetes itu tidak cepat diatasi, kemungkinan gangguan fisik yang diderita pasien akan makin parah. Dengan munculnya gejala itu, penyakit ini sebenarnya sudah berada pada stadium lanjut. Karena diabetes sudah berkembang sejak lama, sekitar 12 tahun, sebelum sempat menunjukkan gejala-gejala yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium.

Menurut catatan WHO, diperkirakan lebih dari 50 persen pengidap diabetes tipe II tidak terdiagnosis. Mereka umumnya baru ketahuan saat berobat untuk penyakit lain. Ini mengakibatkan komplikasi diabetes serius yang antara lain ditandai hilangnya kesadaran, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan ketajaman penglihatan sampai buta, kerusakan jaringan (gangren) sehingga harus diamputasi agar tidak menjalar ke jaringan lain.

Perubahan gaya hidup

* Tingginya angka kasus diabetes terutama dipicu pergeseran gaya hidup masyarakat di era globalisasi ini, khususnya yang bermukim di kawasan perkotaan di berbagai negara di Asia.

Menurut buku Diabetes (2004), salah satu aspek paling menonjol adalah tingginya konsumsi makanan gaya barat.

Komersialisasi yang canggih dari jaringan cepat saji alat Barat menarik minat konsumen, terutama remaja dan anak-anak, serta paling nikmat bila dibarengi dengan minuman ringan yang kadar gulanya tinggi.

Perubahan gaya hidup ini juga membuat banyak orang minim gerak lantaran tinggal di dalam ruangan. Banyak anak lebih suka duduk di depan televisi dan komputer daripada menghabiskan waktu di luar rumah. Padatnya kesibukan kerja dan tingginya pemakaian kendaraan pribadi mengakibatkan orang dewasa kian minim gerak dan malas berolahraga.

Ada beberapa faktor yang mempertinggi risiko diabetes, antara lain kelainan genetika di mana penyakit ini menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes karena kelainan gen, stres kronis yang membuat seseorang mencari makanan berasa manis dan mengandung kadar lemak tinggi.

Diabetes juga sering muncul setelah seseorang memasuki usia di atas 40 tahun, terutama pada mereka yang kelebihan berat badan sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

Pola makan yang salah juga meningkatkan risiko terkena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin. Kurang gizi dapat terjadi pada janin lantaran ibunya merokok atau mengonsumsi alkohol, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebihan.

Sedia payung

* Karena diabetes sulit disembuhkan sepenuhnya, tindakan pencegahan sangat penting dilakukan.

Caranya antara lain, menurunkan berat badan jika kegemukan, berolahraga, dan mengonsumsi gula sesedikit mungkin. Melewati usia 40 tahun, pemeriksaan kadar gula urine perlu dilakukan berkala, minimal setiap tahun, terutama bila ada penderita diabetes dalam riwayat keluarga.

Bagi penderita diabetes, konsultasi secara berkala dengan dokter perlu dilakukan diimbangi dengan disiplin dalam menjalani pengobatan, baik dengan mengonsumsi obat maupun suntik insulin. Sekalipun tidak dapat sepenuhnya mencegah atau menyembuhkan penyakit, setidaknya hal itu dapat menghambat perkembangan negatifnya agar tidak makin parah. Tanpa disadari, penyakit ini jadi lebih gawat karena penderita merasa sudah sembuh dan kembali ke pola makan lama.

Untuk mengendalikan diabetes agar tidak sampai terjadi komplikasi penyakit memang dituntut kepatuhan dari pasien dalam menjalani pengobatan maupun terapi nutrisi. Diet rendah gula sesuai anjuran dokter atau ahli gizi merupakan langkah awal untuk mengendalikan diabetes. Terapi nutrisi ini harus dapat memenuhi kebutuhan gula tubuh, tetapi tidak boleh berlebihan, dan memilih karbohidrat yang aman.

Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol diabetes, antara lain dengan melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres.

Latihan teratur dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan risiko terkena serangan jantung, serta memacu pengaktifan produksi insulin dan membuatnya bekerja lebih efisien.

Sidartawan mengungkapkan, idealnya penanganan diabetes dilakukan terpadu, melibatkan dokter ahli metabolik-endokrin, ahli gizi, petugas laboratorium dan perawat yang diberi keterampilan merawat diabetes serta melakukan edukasi. Pusat pelayanan diabetes perlu dilengkapi dengan obat-obatan standar.

Karena diabetes memiliki beberapa komplikasi penyakit, maka penanganannya tidak bisa dilakukan secara terpisah, ujarnya menegaskan. ( Evy Rachmawati )

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Nyoman Maulana Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-98712280
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

http://melilea-organik.com